السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر 9×
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ،
اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً
لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ
الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ
وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ
لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء
وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء
بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ
المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ
الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ،
وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Pagi ini kita berkumpul di sini, merapatkan jiwa dan raga,
menadahkan hati untuk cucuran rahmat Ilahi. Pagi ini kita berkumpul di sini,
bertakbir, membesarkan nama Allah, agar terpatri sampai ke relung hati bahwa
hanya Allah Yang Maha Besar, selain-Nya adalah kecil di hadapanNya.
Permasalahan sebesar apapun, menjadi kecil di hadapan keagungan kekuasaanNya.
Musuh yang kuat, menjadi lemah di hadapan kekuatanNya yang tiada berbatas. Mari
bertakbir dengan jiwa, lisan dan raga kita dengan sepenuh hati.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ketika kita bertakbir dengan penuh bahagia di sini, kita perhatikan
di tepian dunia yang lain di sana kesedihan masih mencengkram. Tapi takbir
masih menggema di Jalur Gaza, suriah dan kamp-kamp pengungsian di Turki dan
negara sekitarnya di Eropa dengan optimisme atas pertolongan Allah ‘Azza
Wajalla.
Takbir pun masih menggema di Gaza, Palestina, diselingi dentuman
bom dan letusan peluru, terutama di wilayah Masjidil Aqsha yang telah diambil
alih paksa oleh agressor Israel laknatullah. Takbir juga masih bergema di
Indonesia yang selalu dibayangi hantu koruptor yang bergentayangan, di tengah
kabut asap yang menyapu wilayah Sumatera Kalimantan, dan kolaborasi antek-antek
asing yang hendak menghancurkan budaya, sistem dan tatanan bangsa. Ya, takbir
masih menggema dengan hentakan iman di dada-dada kita.
Kembali kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt yang telah
begitu banyak memberikan kenikmatan kepada kita sehingga kita tidak mampu
menghitungnya, karena itu keharusan kita adalah memanfaatkan segala kenikmatan
dari Allah swt untuk mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi dari rasa syukur
itu, salah satunya adalah ibadah berkorban pada hari raya Idul Adha dan hari
tasyrik. Allah swt berfirman:
“Inna A’thoina
kalkautsar fasholi lirobbika wanhar”
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (QS Al Kautsar
[108]:1-2).
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw, kepada
keluarga, sahabat-sahabat dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk
tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus
menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah
suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan dengan
ibadah mereka di sana, di sini kita pun melaksanakan ibadah yang terkait
dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan
ibadah haji yaitu puasa hari Arafah, pemotongan hewan qurban setelah shalat
idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari tasyrik.
Itu semua dalam rangka pembuktian totalitas penghambaan kita kepada Allah swt.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah
mendapatkan figur-figur teladan yang menjadi acuan dan menginspirasi perubahan
besar dalam kehidupan kita. Karena itu, Allah swt menjadikan Nabi Ibrahim as
dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang masa, bahkan tidak hanya kita
yang harus meneladaninya, tapi Nabi Muhammad saw juga harus meneladaninya,
Allah swt berfirman:
“Qod kanat lakum uswatun hasanatun fii ibrohima walladzina ma'ah”
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim
dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Satu dari sekian banyak keteladanan dari Nabi Ibrahim as dan
keluarganya adalah memiliki kesalehan keluarga yang luar biasa. Kesalehan
keluarga artinya adalah keluarga yang bisa berjalan dengan baik sesuai kaidah
agama, harmonis, dan keberadaannya dibuktikan dengan manfaat yang bisa
dirasakan oleh banyak orang.
Oleh karena itu, terwujudnya kesalehan keluarga menjadi sesuatu
yang amat penting agar perjalanan keluarga bisa berlangsung sebagaimana yang
diharapkan, sebagai bangunan utama yang menopang tegaknya peradaban Islam di
muka bumi.
Dalam kaitan ini, paling tidak ada lima pilar kesalehan keluarga
yang harus dimiliki oleh setiap keluarga.
Pilar Pertama, memiliki kemandirian nilai dan
berpegang teguh kepada akidah Islam yang lurus. Keluarga muslim yang saleh
berarti memiliki nilai-nilai Islam yang menjadi landasan berkeluarga dan arah
kehidupannya. Suatu keluarga disebut memiliki kesalehan yang kuat manakala
berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam dalam menjalani kehidupan meskipun
berhadapan dengan kendala yang berat dan lingkungan sosial kultur yang tidak
Islami. Memiliki kemandirian nilai tidak hanya dia melaksanakan ajaran Islam di
lingkup keluarganya, tapi berusaha meluruskan segala yang tidak Islami di
lingkup sosialnya. Kepekaan sosial yang dilandasi Tauhid yang murni adalah
tolok ukur yang sahih bagi keluarga yang saleh.
Keluarga Ibrahim as sukses menanamkan nilai-nilai Tauhid dan
syariah kepada istri dan anak-anaknya. Namun lebih dari itu, bagi Nabi Ibrahim
as siapapun yang menyimpang dari ajaran Allah harus diluruskan, termasuk orang
tuanya sendiri dan masyarakat kebanyakan yang keliru, memilih jalan kesesatan
menyimpang dari Tauhid, sebagaimana
firman Allah swt:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي
ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada
bapaknya, Aazar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai
tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata. (QS An’am [6]:74).
Dalam rangka menanamkan nilai-nilai keislaman yang kokoh di dalam
keluarga, Allah swt telah menggariskan agar orang tua muslim menerapkan sistem
pendidikan Rabbaniah bagi diri dan anak-anaknya. System pendidikan Rabbani yang
holistic itu dirangkum dalam rumusan 3 T yaitu:Tilawah (menggemakan
bacaan ayat-ayat Allah yang tertulis di Al-Qur’an dan yang terhampar di alam
raya), Ta’lim (mengajarkan nilai-nilai Qur’an dan
Sunnah serta Iptek) dan Tazkiyah (membentuk karakter diri dengan
internalisasi akhlakul karimah dalam laku lampah), yang tertuang secara
tersurat dalam doa Nabi Ibrahim dan Ismail,
“Robbana wab'ast fiihim rosuulaminhum yatluu 'alaihim 'ayatika
wayu'allimuhumul
kitaba wal hikmata wayuzakkihim, innaka antal 'aziizulhakim”
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan
mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS.
Al-Baqarah [2]: 129)
Dalam kehidupan kita sekarang ini dengan pengaruh globalisasi yang
sedemikian besar, memiliki kemandirian nilai dan komitmen akidah menjadi
perkara yang amat penting, karena sesama anggota keluarga memang tidak bisa
saling mengawasi setiap saat, bahkan tingkat kesibukan yang tinggi membuat
anggota keluarga sulit berkomunikasi meskipun alat-alat komunikasi sudah
semakin canggih.
Diperlukan kontrol yang ketat, muhasabah setiap hari di dalam
keluarga kita agar anak-anak kesayangan kita tidak terpapar oleh virus-virus
berbahaya yang menggerogoti akidah dan akhlak mereka di lingkungan sekolah dan
pergaulannya. Jadilah orang tua seperti Nabi Ya’kub as yang selalu gelisah dan
menyiapkan putra-putranya dengan pertanyaan: “Maa Ta’buduuna min ba’di?” apa
yang kelak akan kalian ibadahi setelah aku wafat nanti?
Dalam hal ini, Orang tua wajib memantau dan menegakkan sanksi bagi
anak-anak yang malas beribadah shalat 5 waktu, mengajarinya membaca Qur’an,
disamping membimbing mereka belajar di rumah secara disiplin. Anak-anak kita
harus ditanamkan akidah yang kokoh, sehingga bisa membedakan mana akidah yang
sahih berdasarkan Qur’an dan Sunnah Nabi, dari ajaran yang batil, sesat dan
menyimpang.
Demikian pula pengokohan akhlakul karimah, supaya keluarga kita
menjauhi kemaksiatan dan siaran-siaran televisi yang pertontonkan pornografi,
pornoaksi, kekerasan, keculasan, gaya hidup hedonisme dan konsumtif. Jangan
biarkan anak-anak kita ikut arus berpacaran dan berhubungan dengan lawan jenis
yang bukan mahramnya. Jangan pernah menjadi orang tua yang senang berbuat dosa
lalu menularkan virus maksiat kepada putra-putrinya, Rasulullah saw bersabda: “Tiga
golongan yang Allah haramkan mereka itu masuk sorga, yaitu peminum khamr
(miras), orang yang durhaka kepada orang tuanya, dan orang yang berbuat dayuts,
yaitu orang yang menanamkan perbuatan dosa dan maksiat pada keluarganya” (HR. Nasa’I dari Ibnu ‘Umar RA).
Hasil yang dipetik dari kokohnya akidah dan syariah di tengah
keluarga kita, sebagai bentuk kaderisasi keimanan, adalah tersambungkannya
jalinan kasih keluarga hingga akhirat kelak, berkumpul di dalam jannah-Nya,
amiin. Sesuai firman Allah swt:
(At-Thuur: 21).
Yang artinya : dan orang-oranng yang beriman,
dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
(Al-Mu’min: 8). Yang artinya : Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka
ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang
yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan
keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana,
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Jamaah Sekalian Yang Dimuliakan Allah swt.
Pilar Kedua yang harus dimiliki keluarga
muslim agar memiliki kesalehan yang baik adalah kemandirian ekonomi. Setiap
manusia membutuhkan makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, berkendaraan
dan sebagainya hingga pengembangan diri. Untuk memenuhi semua itu, dibutuhkan
dana dalam jumlah yang cukup dan didapatkan dengan cara yang halal. Karena itu,
setiap keluarga, khususnya bapak atau suami harus mampu mengembangkan
keluarganya untuk memiliki kemandirian dibidang ekonomi.
Dalam ibadah haji, selain ada Thawaf yang melambangkan kedekatan
kepada Allah swt, ada ibadah yang namanya Sa’i yang secara harfiyah berarti
usaha, yakni usaha untuk memenuhi segala yang diubutuhkan dan harus dicapai.
Siti Hajar berusaha mencari apa yang bisa dikonsumsi untuk Ismail putranya,
dengan berjalan dan berlari dari bukit Shafa ke Marwa. Karenanya berusaha
secara halal sangat mulia dan mengemis sangat hina, apalagi mencuri dan korupsi
untuk menafkahi keluarga, na’udzu billahi min dzalik. Ayah yang menafkahi
keluarganya dari harta, uang dan sumber-sumber ekonomi yang haram, jelas-jelas
menjadi ayah pendurhaka kepada Allah, Rasul, dan keluarganya. Rasulullah saw
bersabda:
Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan
kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk
mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang
meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HR. Bukhari dan Muslim).
Pendidikan anti-korupsi memang harus diawali dari lingkungan
keluarga, dengan menerapkan nafkah yang halal buat keluarga. Sehingga kelak
bangsa kita terbebas dari jeratan korupsi, agar kemakmuran dapat dinikmati
seluruh rakyat tanpa kecuali.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Hadirin Yang Dirahmati Allah swt.
Ketiga, pilar yang harus dimiliki
menuju kesalehan keluarga adalah ketahanan menghadapi goncangan keluarga.
Kehidupan keluarga tidak lepas dari berbagai goncangan yang bisa membahayakan
keluarga. Ada konflik suami-isteri, ketidakharmonisan antara menantu dengan
mertua bahkan dengan orang tuanya sendiri, hubungan orang tua dengan anak atau
sebaliknya yang tidak menyenangkan, campur tangan keluarga besar dalam
menghadapi persoalan keluarga sampai pengaruh tetangga atau masyarakat sekitar
yang tidak selalu baik dalam perjalanan keluarga.
Kunci utama untuk memperkokoh kesalehan keluarga dalam situasi
seperti ini adalah konsolidasi suami isteri dan orang tua dengan anak. Ketika
ada hal-hal yang kurang menyenangkan dari isteri atau sebaliknya isteri
terhadap suami, maka seseorang harus berpikir dan belajar untuk tetap
berinteraksi secara baik, begitu pula antara orang tua dengan anak dan anak
dengan orang tua. Disinilah pentingnya untuk memperlakukan keluarga dengan baik
sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
Sebaik-baik kamu adalah yang yang paling baik kepada keluarganya
dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku (HR. Ibnu Asakir).
Dalam kaitan dengan keluarga Nabi Ibrahim as, salah satu yang amat
penting untuk kita ambil sebagai pelajaran adalah terbangunnya suasana dialogis
dalam pendidikan keluarga, sehingga meskipun Nabi Ibrahim as sudah meyakini
adanya perintah menyembelih anaknya Ismail dan ini tinggal dilaksanakan, tapi
ternyata Nabi Ibrahim berdialog dengan Ismail, bahkan meminta pendapatnya.
Sementara Ismail dengan akhlaknya yang mulia, hasil pendidikan Rabbani ayahnya,
mengemukakan pendapat yang mengagumkan sebagaimana diceritakan di dalam Al
Qur’an:
“Falamma
balagho ma’ahus sa’ya qola ya bunayya inniiii arofil manami anniii adzbahuka
fandhur madzaataro, qola yaa abatif’al matu’maru, satajidu nii insyaallahu
minasshobiriin”
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.( QS Ash Shaffat [37]: 102)
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah swt.
Pilar Keempat yang harus dimiliki agar
keluarga memiliki kesalehan adalah keuletan dan ketangguhan dalam memainkan
peran sosial. Kesalehan seorang muslim tidak hanya bersifat pribadi dalam arti
ia menjadi baik hanya untuk kepentingan diri dan keluarganya, tapi
keshalehannya juga harus ditunjukkan dalam bentuk keshalehan sosial. Hal ini
karena di dalam Islam ada dua hubungan yang harus dijalin, yakni hubungan
vertikal kepada Allah swt yang biasa disebut dengan hablum
minallah dan hubungan
horizontal kepada sesama manusia dan sekitarnya yang disebut dengan hablum
minannas.
Kehidupan masyarakat kita, baik dalam skala kecil maupun besar
menghadapi begitu banyak persoalan yang menuntut pemecahan dan jalan keluar.
Karena itu, keluarga seharusnya bisa memainkan peran sosial di masyarakat
sehingga keberadaannya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak dan ini
akan membuatnya menjadi keluarga terbaik, Rasulullah saw bersabda:
“Khoirunnasi anfa’uhum
linnasi”
Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang
lain (HR. Qudha’i dari Jabir ra).
Karena itu, keberadaan kita seharusnya bukan hanya bisa menyumbang
persoalan, tapi seharusnya menjadi bagian dari solusi atau jalan keluar dari
berbagai persoalan hidup, sehingga harus kita lakukan apa yang disukai Allah
swt. Lebih rinci, Rasulullah saw bersabda:
Amal yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah: rasa gembira yang
engkau resapkan ke dalam hati muslim atau memecahkan suatu masalah darinya atau
membayarkan utangnya atau mengusir rasa laparnya (HR. Ibnu Abi Dunya dan Thabrani).
Dengan peran sosial yang besar itulah, maka kita akan menjadi
bahan pembicaraan yang baik setelah wafat, karena itu, Nabi Ibrahim as berharap
demikian, beliau berdoa:
“Robbi
habli hukman waalhiqni bissholihin, waj’alli lisana sidqin fiil akhirin,
waj’alnii minwarotsati jannatinna’im”
Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke
dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik
bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 83–85)
Bahkan prestasi Nabi Ibrahim dan keluarganya yang terbesar adalah
mewariskan konsep ketauhidan yang murni kepada anak cucunya dan masyarakat
dunia sehingga terwujud ummat muslim yang patuh kepada hukum Allah, sesuai
harapan dan doa beliau. Allah merekamnya,
“Robbana waj’alna muslimaini
laka wamin dzurriyyatinaa umatam muslimatal laka, wa arina manasikana watub
‘alaina innaka antat tawwaburrohim”
Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh
kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat
haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah [2]: 128)
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah swt.
Yang terakhir atau kelima diantara pilar kesalehan
keluarga adalah mampu menyelesaikan problema yang dihadapi. Menjalani kehidupan
keluarga seringkali berhadapan dengan berbagai problema, jangankan kehidupan
keluarga, kehidupan pribadi saja tidak pernah sepi dari persoalan. Kadangkala
satu persoalan belum bisa dipecahkan namun sudah muncul lagi persoalan berikut
yang bisa jadi lebih berat. Dalam situasi menghadapi problema hidup, sangat
penting bagi insan keluarga untuk terus mengokohkan ketaqwaan kepada Allah swt
sebab dalam kamus kehidupan orang bertaqwa tidak ada istilah jalan buntu dalam
arti persoalan tidak bisa dipecahkan, Allah swt berfirman:
“wamayattaqilaha yaj'allahu
makhroja, wa yar zuqhu haitsu layahtasib.”
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya (QS At Thalaq [65]:2-3).
Selain itu pula, keluarga muslim yang saleh, setelah berusaha
maksimal dalam menyelesaikan problem hidup, tetap berserah diri dengan total
dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakkal adalah salah satu kunci
kesuksesan keluarga muslim,
Kehidupan masyarakat kita sekarang dengan tantangan yang
sedemikian berat menuntut kehadiran keluarga yang memiliki kesalehan yang baik
sehingga diharapkan akan lahir masyarakat dengan kesalehan yang baik karena
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dan bangsa.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa pupuk kesadaran diri kita untuk selalu
bertakwa kepada Allah SWT, dimanapun dan kapanpun, baik dalam lingkup keluarga
kita, masyarakat kita dan bangsa kita secara luas. Karena ketakwaan hamba
kepada Allah adalah tujuan utama disyariatkannya ibadah shalat, puasa, zakat,
haji dan berkurban. Bukankah Allah menyatakan tujuan kita berpuasa adalah agar
kita bertakwa (Qs. Al-Baqarah: 183)? Demikian pula ibadah qurban tidak akan
diterima Allah kecuali dari orang-orang yang bertakwa kepadanya “innama
yataqabbalullahu minal muttaqin”(Qs. Al-Maidah: 27), “lan
yanalallaha luhumuha wa la dima’uha wa lakin yanaluhu attaqwa minkum” (bukanlah daging dan darah hewan-hewan
kurban itu yang sampai kepada Allah, melainkan ketakwaan kita yang dipandang oleh-Nya,
Qs. Al-Hajj: 37).
Akhirnya, marilah kita akhiri ibadah shalat Idul Adha pada hari
ini dengan berdoa semoga amalan- amalan kita senantiasa mendapatka ridho dari
Allah SWT:
اَللّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ والحمد لله رب العالمين...
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ ،
اَللّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ
الْحِساَبِ وَمُحْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ
والَصَلِّيْبِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَالرَّأْسُمَالِيِّيْنَ
وَاِخْوَانَهُمْ وَ اْلإِشْتِرَاكَيِّيْنَ وَالشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
وَنَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ تَحْرِيْرَ بِلاَدِ فَلَسْطِيْنِ وَاْلأَقْصَى،
وَالْعِرَاقِ، وَالشَّيْشَانَ، وَأَفْغَانِسْتَانَ، وَسَائِرِ بِلاَدِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ نُفُوْذِ الْكُفَّارِ الْغَاصِبِيْنَ وَالْمُسْتَعْمِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ
الْعَفَافَ وَالْغِنَى نَاتِجَةً مِنْ صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ
عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ
بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ
بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أنْجِزْ لَنَا مَا وَعَدَنَا عَلَى
رَسُوْلِكَ مِنْ عَوْدَةِ الْخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ عَلَى مِنْهَاجِ نَبِيِّكَ،
وَاجْعَلْنَا، وَذُرِيَّاتِنَا مِمَّنْ أَقَامَهَا بِأَيْدِيْنَا..
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ
تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ
عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ
اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ
الْحَمْدُ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Posting Komentar